DENPASAR-sandybrown-gazelle-543782.hostingersite.com | Wimbakara Wiwada atau Lomba Debat yang melibatkan peserta setingkat SMA dan SMK adalan ajang Bulan Bahsa Bali (BBB) VII berhasil menyedot penonton, utamanya dari kalangan anak-anak muda berlangsung seru dan sengit.
Para peserta saling adu gagasan dan argumen untuk meyakinkan pendapatnya yang memang benar. Mereka, terkadang melontarkan kata-kata tegas dengan nada keras, sehingga membuat lawannya ciut, hingga tak berkutik.
Itulah suasana Lomba Debat di Kalangan Ayodya, Taman Budaya Provinsi Bali, Selasa (18/2/2025). Ajang lomba ini diikuti oleh perwakilan dari kabupaten dan kota di Bali.
Para peserta, mula-mula diberikan tema dengan cara undi, lalu mereka mempersiapkan materi selama 5 menit. Setiap penampilan satu kelompok sebagi tim cumpu (setuju) dan satu kelompok lagi menjadi tim tangkas (tak setuju).
Dewan Juri, Drs. I Gusti Lanang Subamia, M.Mpd mengaku, bangga dengan lomba debat Bulan Bahasa Bali tahun 2025 ini. Pertama karena adanya peningkatan jumlah peserta, dimana baru tahun ini pesertanya lengkap diikuti seluruh 8 kabupaten dan 1 kota di Bali.
Pada tahun 2024 hanya diikuti 8 peserta, tahun 2023 hanya 7 peserta, dan tahun 2022 hanya 5 peserta, serta pada saat pandemic hanya 4 peserta.
Para peserta lomba debat tahun 2025 ini, juga mengalami peningkatan dari segi kualitas jika dibandingkan dari pengalaman tahun sebelumnya. Anak-anak muda yang tampil mampu menyampaikan argumentasinya.
Termasuk, sebagian besar peserta memiliki kemampuan berbahasa Bali sesuai dengan uger-uger yang ada. “Kalau tahun lalu, rata-rata sor singgih mereka tidak bagus. Beda dengan lomba kali ini, lebih banyak sor singgihnya bagus,” sebutnya.
Selain itu, penyelenggaraan juga tampak lebih apik, sehingga menjadi lebih menarik. Para peserta yang tampil, telah mempersiapkan diri dengan baik, sehingga saat dekat semua peserta tampil tampil lancar.
Mereka menguasai bahan, termasuk data-data untuk memperkuat argumentasi mereka. “Kami bangga, peserta yang tampil kali ini semuanya lancar. Beda dengan dulu, ada yang macet, entah apa yang mengganjalnya,” bebernya.
Menurutnya, ajang lomba debat ini menjadi salah satu upaya dalam membumikan bahasa Bali di Bali. Sebab, para peserta dituntut untuk menguasai bahasa Bali, sehingga mampu debat menggunakan bahasa Bali.
“Kalau masih pola pikirnya bahasa Indonesia lalu dikeluarkan dengan bahasa Bali pasti akan kaku, bahkan sampai putus dan macet. Karena mereka masih berpikir, apalagi menyalinnya ke dalam bahasa Bali,” paparnya.
Ia kemudian menegaskan, diantara lomba yang ada, maka lomba debat ini yang paling mampu membumikan bahasa Bali untuk generasi muda. Lihat saja penampilan para peserta, hampir semuanya mampu berbahasa Bali yang baik.
Isi yang disampaikan para peserta hampir semuanya sudah sesuai dengan mosinya. Mereka juga mampu menguaraikan topik yang diangkatnya, baik itu untuk kelompok cumpu ataupun kelompok tangkas. Sebab, mereka tak hanya dituntut mampu berargumen, tetapi juga menguasai data untuk menguatkan argumen itu.
Sementara di Kalangan Angsoka berlangsung Wimbakara (Lomba) Nyurat Lontar yang diikuti oleh anak-anak setingkat SMP. Lomba ini diikuti oleh semua perwakilan kabupaten dan kota di Bali. Pada saat lomba berlangsung, peserta dari Kabupaten Buleleng menjadi perhatian, karena diwakili oleh seorang siswi sendiri.
Dewan Juri, Drs. I. Ketut Sudarsana mengatakan, lomba ini diikuti oleh 9 peserta merupakan perwakilan dari kabupaten dan kota di Bali. Anak-anak yang ikut lomba telah memiliki kemampuan dalam nyurat aksara Bali dalam lontar.
Artinya, antusias anak-anak muda menulis aksara dan berbahasa Bali itu tumbuh, bahkan mengalami perkembangan. Hanya saja, begaimana kesinambungannya.
Sebab, masih banyak slogan-slogan dari anak-anak dan para guru yang menjalankan latihan menulis aksara Bali kalau akan mengikuti lomba. Mestinya, latihan ini dilakukan secara terus menerus.
Karena itu, Sudarsana mengusulkan di setiap desa adat mesti dibangun pasraman tentang penulisan aksara dan berbahasa Bali. Dengan begitu, akan terjadi perkembangan yang menyeluruh.