BANGLI - sandybrown-gazelle-543782.hostingersite.com | Mewabahnya pandemic Covid 19, selain berdampak pada sector pariwisata juga menyebabkan banyak pengerajin di Bali dan Bangli pada khususnya kian terpuruk.
Sebab, para perajin tidak bisa beraktivitas karena permintaan produk kerajinan yang mereka produksi menurun drastis. Salah satunya seperti yang dirasakan para pengerajin tedung agung.
Nengah Arnopa salah seorang pengerajin Tedung Agung asal banjar Mampeh, Desa Kayubihi, Bangli ini menuturkan, mewabahnya pandemi Covid-19 yang dibarengi dengan adanya kebijakan pemerintah melakukan pembatasan kaitannya untuk kegiatan upacara keagamaan telah berdampak pada sepinya permintaan tedung agung. ”Sepinya permintaan Tedung Agung mulai saya rasakan memasuki pertengahan bulan Maret lalu. Bahkan dari 2 bulan kemarin pesanan nyaris tidak ada sama sekali,” ungkap Arnopa saat ditemui awak media dirumahnya, Rabu (05/08/2020).
Padahal lanjut dia, jika dalam kondisi normal selalu saja ada pesanan tedung agung. Pesanannya kian ramai terutama saat mendekati rahinan tumpek Landep maupun sasih Kedasa karena waktu itu banyak yang melaksanakan upacara karya besar. “Sekarang, karena adanya wabah corona ini, mendapat satu atau dua pesanan saja saya sudah sangat bersyukur,” jelasnya. Disebutkan, tedung agung yang dibuat baik dari segi kualitas maupun penggarapan jauh beda dengan tedung pada umumnya. Dimana, tedung agung bikinannya menggunakan bahan berkualitas seperti tangkai tedung yang berisi variasi ukiran maupun memakai mudra menggunakan kayu pilihan. Begitu pula untuk kain serta benang yang digunakan beda jauh dengan tedung kodian. ”Biasanya tedung agung digunakan untuk barang sesangi (kaul) atau dihaturkan di Pura-pura, mereka yang memesan ada yang berasal dari luar daerah yakni dari Klungkung,Gianyar maupun Denpasar” bebernya.
Disinggung masalah harga, kata dia, bervariasi tergantung motif dan ukuran yang dibuat. Namun karena adanya wabah corona, terpaksa pihaknya juga turut menurunkan harga jualnya. Kata dia, kalau tedung biasa harga pada saat normal sekitar Rp 300. Namun sekarang dibandrol dengan harga corona, Rp 250 ribu per pasang. Sedangkan tedung agung yang berisi ukiran, sebelumnya dibandrol hingga mencapai Rp 3 juta per pasang. Tapi, karena corona sekarang juga turun menjadi Rp 2,5 juta.
Selain menjual tedung agung pihaknya juga mulai mencoba membuat perlengkapan sarana upakara seperti lamak dan ider ider. Hanya saja,pihaknya kembali mengaku usahannya tersebut terkendala pemasaran dan bahan baku yang cukup sulit didapat diwilayah Bangli. “Dalam kondisi sekarang ini, kami berharap pemerintah bisa membantu memfasilitasi masalah pemasaran agar UMKM bisa berjalan lagi,”pungkasnya. (arw)










