Bupati Mahayastra Berharap RPH Temesi Bisa Beroperasi

GIANYAR-sandybrown-gazelle-543782.hostingersite.com | Rumah Potong Hewan (RPH) Temesi sudah lama tidak beroperasi. Walau demikian, Bupati Gianyar Made Mahayastra berharap RPH tersebut bias beroperasi kembali. Bahkan Mahayastra sendiri secara khusus meminta kepada Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan, Kementerian Pertanian, Dr Ketut Diarmika agar bisa membantu menghidupkan kembali RPH tersebut.

RPH Temesi sebelumnya dibangun dengan anggaran yang cukup besar, namun mangkrak. Sehingga saat Lomba Ternak Sapi yang diselenggarakan saat HUT Kota Gianyar, permintaan ini disampaikan. Dikatakan Mahayastra beberapa waktu lalu, RPH Temesi merupakan asset pemerintah pusat dan Gianyar. “Selain meminta RPH tersebut bias beroperasi, kami juga berharap lahan RPH milik Provinsi Bali dihibahkan ke Kabupaten Gianyar,” jelas Mahayastra. Dikatakan Mahayastra lagi, Gianyar sendiri memiliki peternak sapi Bali dan terus berkomitmen mengembangkan sapi Bali.

Dijelaskan lagi, asset pemerintah baik pusat provinsi dan kabupaten sudah banyak yang tertanam, namun karena suatu hal RPH tersebut tidak bias berfungsi. “Bila Pemkab Gianyar diberikan kepercayaan mengelola, ini merupakan pendapatan baru bagi Pemkab Gianyar sekaligus juga mendorong peternak untuk bangkit kembali memelihara sapi. Dikatakan Mahayastra lagi, sebagian masyarakat Gianyar masih bertopang pada sector pertanian dan peternakan khususnya sapi dan babi termasak ayam. “Sapi masih dijadikan sebagai tabungan petani, untuk menyekolahkan anak-anak petani,” tambah Mahayastra.
Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan, Kementerian Pertanian RI, Dr. I Ketut Diarmita menyambut baik komitmen Pemkab Gianyar memfungsikan kembali dan mengelola sendiri  RPH Temesi. “Namun, lebih baik pengelolaannya diserahkan kepada yang professional,” terang Ketut Diarmita. Untuk mengaktifkan kembali RPH Temesi, yang paling penting harus memiliki persiapan ternak potong yang berkelanjutan sehingga stok bias kontinyu. “Yang terpenting adalah pasar dan sasaran konsumen, pastikan dulu kemana didisdtribusikan daging potong itu,” ujarnya.

BACA JUGA:  Komit Bebaskan Anak dari Paparan Covid 19

Menurutnya, RPH Temesi bertujuan sangat baik untuk meningkatkan nilai tambah hasil peternakan sapi Bali. Keberadaan RPH selain memberi nilai tambah, membuka lapangan kerja, dan juga mengurangi biaya pemasaran bagi para peternak. “Selama ini Bali menjual sapi hidup ke Jawa, ini sesungguhnya sudah member nilai tambah,” katanya.

Ditambahkan lagi, jenis sapi Bali sesungguhnya bukan sapi potong. Tapi sapi Bali merupakan plasmanuftah. Pengembangan sapi Bali merupakan penyelamatan plasmanuftah. Mestinya Bali mendapatkan insentif atas penyelamatan plasmanuftah sapi Bali. “Dengan perbaikan kualitas sapi Bali, diharapkan nanti sapi Bali bisa masuk sebagai sapi potong. Sapi Bali sekarang kecil-kecil. Hal ini karena dikawinkan dengan pejantan yang sembarangan. Hal ini menyebabkan sapi Bali terus semakin kecil,” ujarnya. Menurutnya, Sapi Bali perlu dilakukan persilangan agar ukuran sapi Bali semakin besar, dan kualitas dagingnya semakin baik. Caranya dengan kawin suntik (Inseminasi buatan(IB) dengan sperma dari pejantan yang memang kualitasnya sangat bagus. Hanya menurutnya, sapi Bali sudah memiliki brand, yang sudah dikenal konsumen, dagingnya bagus dan proses pemeliharaannta sangat mudah.(sar)

Scroll to Top