Bedah Proposal Penelitian dan Inventarisasi 2019 BPNB Bali, Hadirkan Tiga Akademisi Universitas Ternama

(Last Updated On: 19/05/2018)

MANGUPURA-fajarbali.com | Sebanyak 23 judul penelitian dibedah Balai Pelestaraian Nilai Budaya (BPNB) Bali dalam acara bertajuk Bedah Proposal Penelitian dan Inventarisasi 2019, di kantor BPNB Bali, Dalung, Badung, Sabtu (19/05/2018).

Dalam bedah proposal penelitian tersebut, BPNB Bali yang membawahi tiga provinsi, menghadirkan tiga narasumber dari akademisi, yakni Prof. Dr. I Nengah Bawa Atmaja dari Universitas Pendidikan Ganesha (Undiksha), Prof. Dr. Nyoman Suarka, M.Hum dari Universitas Udayana  (Unud), dan Drs. I Wayan Tagel Eddy, MS dari Unud.

Kepala BPNB Bali I Made Dharma Suteja menyampaikan, kegiatan bedah proposal tersebut merupakan agenda tahuan yang diadakan BPNB Bali.

“Jadi sebelum kita ajukan ke Jakarta, itu kita bedah terlebih dahulu setahun sebelumnya untuk menyempurnakan. Dan setelah dibedah dengan mendatangkan kalangan akademisi, untuk meminta masukan dalam menyempurnakan proposal ini, baru kita serahkan ke pusat,” ungkpanya pria yang akrab disapa Dharma ini.

Proposal tersebut, jelasnya, dalam dua bentuk. Yakni penelitian dalam bentuk kajian, dan inventarisasi kekayaan tak benda, outputnya berupa cetakan dan film dokumenter serta dokumentasi berupa foto-foto.

“Inventarisasi ini untuk mem-backup usulan mata budaya (warisan budaya tak benda Indonesia). Dan untuk mendapatkan itu, harus ada kajian akademis, mengisi form kemudian film dokumenter,” sebutnya.

Salah narasumber dari Undiksha, Prof. Dr. I Nengah Bawa Atmaja mengapresiasi Penelitian dan Inventarisasi dalam kegiatan bedah proposal tersebut. Menurutnya, pihaknya juga mendapatkan manfaat terkait rencana penelitian yang merupakan hal-hal baru.

“Penelitian yang dilakukan ini adalah hal-hal yang tercecer, yang tidak banyak orang memperhatikannya. Inilah keunggulan teman-teman yang mampu  mengumpulkan hal yang tercecer, yang kurang diperhatikan oleh orang, dan justru inilah yang dikemukakan ke atas,” katanya guru besar ini seraya berpendapat, penelitian ini adalah hal penting untuk keberlangsungan bangsa kedepannya.

“Dan dari segi akademis, kegiatan ini juga sangat penting. Karena, selain melakukan dialog, juga menyempurnakan ide atau gagasan, penajaman, serta pembenahan. Dan menurut saya, apa yang dilakukan teman-teman ini kemampuannya sudah sangat memadai, hanya perlu ‘menggosok’ untuk mendapatkan penajaman. Tidak hanya bagi peserta, sayapun banyak mendapat manfaat dari kegiatan ini,” tambahnya.

Adapun judul penelitian dibedah dalam kegiatan yang dibagi ke dalam tiga ruangan tersebut, yakni Seni Tari Janger di Bali, Leva Nuang Kearifan Lokal Masyarakat Nelayan di Lamalera Lombok NTB, Tradisi Masyarakat Suku Tetun NTT, Tradisi Lisan Natoni NTT, Kajian Naskah Kuno di Provinsi Bali, Nilai Tradisi Kumpul Kope NTT, Ntumbu Desa Maria Bima, Tradisi Barempuk Sumbawa Barat, Kajian Naskah Kuno Bali, Naskah Kuno Hikayat Indra Jayakusumah Bima, Cupak Gerantang Lombok Barat, Mandolin Tabanan, Seni Pertunjukan Arja, Tebe seni pertunjukan Belu NTT, Mobilitas Orang Nusa Penida ke Jembrana, Gunung Tambora, Sejarah Kota Kalabahi Alor, Babi Guling, Kesenian Gengong, Tradisi Perang Timbung Lombok Tengah, Tari Ja’i Parawitu Ngada NTT, dan Tari Sole Oha di Lembata Flores Timur NTT.

Sedangakan untuk tiga ruang yang digunakan dalam kegiatan ini, yakni Aula, Ruang Rapat Depan, dan Ruang Perpustakaan. (ALt)

 Save as PDF

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Next Post

Bali Mandara Nawanatya, Berbalut Tradisi dan Modernisasi

Sab Mei 19 , 2018
Dibaca: 17 (Last Updated On: 19/05/2018)DENPASAR–fajarbali.com | “Kami memadukan antara seni dan tradisi, agar tidak kaku dan monoton,” ujar Ni Luh Armini.  Save as PDF

Berita Lainnya