Asyiknya Mengolah Warna Alam

Puluhan siswa Sekolah Dasar (SD) se-Kota Denpasar, terlihat terampil mengolah berbagai warna, kemudian mengaplikasikannya pada kain katun. Jari-jari lentik mereka lihai bereksperimen mengolah berbagai warna menjadi motif tie dye (celup/jumputan).

 

DENPASAR-fajarbali.com | “Asyik, santai, dan gampang,” kata Gede Adi, salah satu peserta workshop pengenalan bahan pewarna alami, Rabu (15/11/2017) di Kalangan Angsoka Taman Budaya Denpasar. Kegiatan yang bertajuk ‘Warna Alam pada Desain’ tersebut diselenggarakan serangkaian Pesona Budaya Bali Mandara Nawanatya II-2017.

Narasumber Gusti Made Arsawan menekankan, dalam workshop tersebut, peserta diarahkan lebih terampil dalam mengolah atau memadukan berbagai warna. Peserta juga diberi pemahaman tentang pentingnya manfaat sumber alam sebagai bahan tekstil yang ramah lingkungan.

“Selama ini kan anak-anak kita hanya sibuk berkutat pada teknologi. Tetapi, mereka lupa bahwa kegiatan seperti mengasah keterampilan ini sangat baik untuk kreativitasnya,” ungkap Arsawan yang juga pelaku usaha tekstil.

Arsawan menjelaskan, banyak manfaat dari sumber alam yang bisa digunakan sebagai bahan pewarna tekstil tanpa bahan kimia. Bahan pewarna alami tersebut, kata Arsawan meliputi buah naga, buah bit, kunyit, bunga pacar, daun bayam, daun suji, dan umbi-umbian.

Workshop ini sebatas pengenalan bagi siswa-siswi untuk tahu lingkungan mereka. Kita berusaha mengkondisikan psikologi anak untuk bisa belajar dan gembira. Istilahnya kita berkreasi dan happy,” tambah pria pemilik usaha kain tenun Patra Penatih.

Ia berharap, dengan adanya pelatihan tersebut, anak-anak bisa menerapkan jiwa kreatif sejak dini. Ia menjelaskan, jika anak-anak sudah memiliki jiwa kreatif sejak dini, maka maanfaatnya akan sangat baik. Seperti misalnya mampu membuat barang-barang kerajinan yang ekonomis. “Secara langsung mereka tahu bagaimana menjadi seorang yang kretif tetapi menghasilkan. Walaupun masih terlalu dini, tetapi ini bisa jadi bekal sederhana jika suatu saat tertarik menjadi pengusaha tekstil. Sembari belajar dan bermain,” ungkap Arsawan.

Senada dengan Arsawan, kurator kegiatan yang juga praktisi seni, Anak Agung Sagung Mas Ruscitadewi mengungkapkan, siswa-siswi yang hadir saat pelatihan tersebut rata-rata memiliki bakat dan keberanian. Ia mencontohkan, satu anak dapat membuat kreasi tie dye tanpa memperhatikan teknik. Namun hasilnya sangat bagus. “Itu saja sudah menunjukkan keberanian. Keberanian apa? Keberanian untuk mencoba berbagai hal tanpa memikirkan hasil. Hasil baik akan didapat jika sesuatu yang dikerjakan terus dicoba tanpa henti. Itu salah satu inspirasi yang ditunjukkan anak-anak pada kita yang sudah dewasa,” kata Mas Ruscitadewi.

Ruscitadewi yang juga aktif di dunia teater ini berharap, lewat pelatihan tersebut, generasi muda dapat mempertahankan kreativitas seni dan budaya di tengah himpitan perkembangan teknologi. (eka)