Akibat Pandemi Covid-19 Penjualan Bibit Bunga Gumitir Mengalami Penurunan

(Last Updated On: 06/10/2020)

TABANAN – fajarbali.com | Adanya pandemi Covid-19 yang berkepanjangan, membuat transaksi permintaan pasar akan jenis bibit tanaman bunga gumitir menurun. Penurunan yang terjadi pada hasil produksi bunga yang terserap untuk kebutuhan sarana upakara dan acara seremonial ini bahkan mencapai 20-30 persen dari kondisi normal.

Hal tersebut diakui, GM Bali Gumitir Grup yang merupakan usaha penyedia bibit, Agus Ervani Sjoekoer, di Tabanan, Selasa (6/10/2020) memang terkait momen Hari Raya Galungan dan Kuningan terjadi lonjakan permintaan bibit gumitir di kalangan petani, namun jumlahnya tidak signifikan dibandingkan dengan kondisi normal atau sebelum pandemi Covid-19 lalu. Katanya, saat ini dengan masa pandemi ini rata-rata serapan pasar akan bibit gumitir mencapai 40 ribu-50 ribu batang per bulan, sedangkan jika dibandingkan dengan sebelum pandemi (kondisi normal) ada penurunan sekitar 20-30 persen tergantung dari pada momen hari raya atau musim.

Agus mengungkapkan, pandemi Covid-19 berpengaruh pada penjualan bibit tanaman gumitir saat ini. Kondisi tersebut disebabkan karena serapan bunga gumitir sebagai hasil produksi, kini mengalami penurunan seiring dengan tidak beroperasinya kalangan hotel di Bali yang sebelumnya cenderung mendominasi serapan pasar akan gumitir untuk keperluan dekorasi acara pernikahan maupun kegiatan lainnya.

“Selain terserap oleh kebutuhan sarana upakara, gumitir juga diserap oleh pasar untuk kebutuhan sejumlah kegiatan seremonial. Khususnya yang digelar di kalangan hotel. Nah kini dengan tidak operasionalnya hotel, membuat serapan bunga gumitir juga menurun sekarang ini,” tuturnya.

Di sisi lain pihaknya, di tengah dampak pandemi Covid-19 ini memang mengedukasi petani agar permintaan pasar untuk bibit gumitir ini tidak harus dengan memanfaatkan momen sebelum dan sesudah hari raya. Sebab ketersediaan dan kebutuhan barang (bunga gumitir) hampir setiap hari. Menurutnya, bila semua petani gumitir di Bali ini mencari tolak ukur untuk panen sebelum dan setelah momen hari raya, maka ada kecenderungan nanti justru akan berdampak pada anjloknya harga bunga gumitir.

“Panen yang berbarengan akan membuat produksi melimpah, sedangkan kebutuhan pasar di tengah pandemi ini malah cenderung turun sekarang ini. Sebab itu kami edukasi petani agar kesinambungan produksi ini harus tetap dijaga di tengah pandemi,” harapnya Agus.

Agus yang juga sebagai Ketua Asosiasi Pembibitan Gumitir (APG) Bali, mengajak para pelaku usaha pembibitan bunga gumitir untuk bersinergi. Asumsinya, bila para pembibit ini bergabung, tentunya bisa membuat batasan produksi, sehingga untuk pemantauan ketersediaan bibit atau tanaman gumitir di Bali bisa dilakukan.

Sayangnya, pemahaman ini belum bisa diwujudkan. Itu tercermin, banyak sekali pembuat bibit yang tidak terdeteksi keberadaanya. Selain itu, tidak diketahui secara jelas bibit tanaman yang dikembangkan berasal dari mana. Akibatnya, keberadaan pembibit yang tidak jelas ini akan berpotensi merugikan petani dengan rusaknya harga jual bunga gumitir di pasaran.

“Sementara kami di asosiasi bisa mendeteksi asal bibit dari mana dan semua bibit tersebut dipastikan memenuhi unsur-unsur perizinan dari pihak karantina, pajak dan lainnya,” tegasnya. (kdp).

 Save as PDF

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Next Post

Dua Pelanggar Didenda Dari 18 Pelanggar Yang Terjaring Operasi Prokes di Bangli

Sel Okt 6 , 2020
Dibaca: 12 (Last Updated On: 06/10/2020)BANGLI – fajarbali.com | Operasi yustisi dalam rangka penerapan disiplin dan penegakan hukum Protokol Kesehatan sesuai Pergub No 46 Tahun 2020 dan Perbup Bangli No 39 Tahun 2020 dan Implementasi Inpres nomor 6 Tahun 2020, kembali digelar diwilayah hukum Polres Bangli, Selasa (06/10/2020). Hasilnya, belasan […]

Berita Lainnya