Kelas Orang Tua Bersahaja: Ketika Anak Bicara, Siapkan Telinga, Bukan Penghakiman! 

IMG-20251001-WA0008
Kelas Orang Tua Bersahaja (Bersahabat dengan Remaja) angkatan kedua tahun 2025, yang diselenggarakan Kemendukbangga/BKKBN, dan dipancarluaskan secara live dari kantor Kemendukbangga/BKKBN, Jakarta, Senin (29/9/2025).

DENPASAR-fajarbali.com | Komunikasi yang efektif dengan remaja harus dimulai dari kesiapan orang tua untuk menjadi pendengar yang empatik, bukan sekadar pemberi nasihat.

"Yang paling penting adalah siap berbicara—baik anak maupun orang tua. Tapi lebih penting lagi adalah siap mendengarkan. Kalau orang tua tidak menyiapkan telinganya, anak bisa mencari telinga di luar. Dan itu sangat berbahaya ketika anak bertemu orang yang salah di tempat yang salah."

Penegasan itu dikemukakan Penasihat Dharma Wanita Persatuan Kementerian Kependudukan dan Pembangunan Keluarga (Kemendukbangga)/BKKBN, Uni Kuslantasi, S.Ag., M.Psi, pada sesi kelima program Kelas Orang Tua Bersahaja (Bersahabat dengan Remaja) angkatan kedua tahun 2025, yang diselenggarakan Kemendukbangga/BKKBN, dan dipancarluaskan secara live dari kantor Kemendukbangga/BKKBN, Jakarta, Senin (29/9/2025).

Uni Kuslantasi juga menekankan bahwa orang tua masa kini perlu menyesuaikan pola asuh dengan kondisi zaman dan karakter anak, mengingat tantangan yang dihadapi remaja saat ini sangat kompleks.

Dalam paparannya, Uni Kuslantasi juga mengajak orang tua untuk mengenali kepribadian anak sejak dini, baik dari sisi bawaan genetik maupun pengaruh lingkungan (watak pembelajaran).

"Watak bawaan memang dari gen, tapi pengaruhnya kecil. Justru lingkungan keluarga yang membentuk watak pembelajaran itu sangat dominan. Maka, tugas kita adalah mengenali dan membimbing, bukan menuntut anak menjadi seperti yang kita inginkan," jelasnya.

Menutup sesi, Uni Kuslantasi menyampaikan pesan strategis dalam mendampingi remaja. “Silakan lakukan apa pun, tapi tentukan goal-mu lebih dulu. Bahas dan diskusikan dengan orang tua. Kemudian, jalani dengan tiga batasan: aturan Tuhan, aturan negara, dan norma masyarakat. Kuncinya tetap diskusi. Jangan lupa, fondasi utama tetap nilai agama dan moral," ujarnya. 

Tidak Ada yang Sempurna 

Sementara itu, Dr. Yuliana Eva Riany, S.P., M.Ed, akademisi, membahas dari sisi perkembangan psikologis, Ia menjelaskan bahwa masa remaja (10–24 tahun) adalah masa transisi penting dari anak menuju dewasa. Emosi remaja bersifat fluktuatif, mudah tersulut, dan sangat peka terhadap kritik.

BACA JUGA:  Semnas BEM FEB Unmas Hadirkan Dua Menteri

"Di usia remaja awal (10–13), anak mulai sadar aturan, tapi juga mulai ingin mengikuti teman. Di remaja tengah (14–17), mereka mulai membatasi interaksi dengan orang tua. Disinilah pentingnya koneksi emosional sebagai jembatan antara hati anak dan orang tua," ujarnya.

Ia menambahkan bahwa baik orang tua maupun anak harus terus belajar agar terbangun hubungan “win-win” yang saling memahami dan menghargai. "Tidak ada remaja yang sempurna, tidak ada orang tua yang sempurna. Tapi ketika keduanya saling belajar, itulah relasi yang sehat," tutupnya.

Pandu Jlang Gemilang, mahasiswa IPB University, yang mewakili suara remaja menyampaikan bahwa hal yang paling sulit dalam relasi dengan orang tua adalah berbicara secara terbuka karena takut dihakimi.

"Kadang cerita sama bestie aja sulit, apalagi ke orang tua. Harapan kami, semoga orang tua bisa memberikan restu atas minat dan bakat kami, mendampingi tanpa mengendalikan, dan memberikan kepercayaan," ungkap Pandu.

Ia menekankan bahwa komunikasi ideal harus dimulai dari kedua belah pihak "Orang tua mau mendengarkan, anak tidak sungkan bercerita. Yang penting tidak menghakimi. Sama-sama belajar dan terbuka," ujarnya dalam closing statement.

Strategi Perkuat Peran Keluarga

Kelas Kelas Orang Tua Bersahaja merupakan bagian dari upaya pemerintah untuk meningkatkan kapasitas orang tua dalam membangun komunikasi yang sehat dan hubungan yang kuat dengan anak-anak mereka yang tengah memasuki usia remaja.

Dr. Edi Setiawan, S.Si., M.Sc., MSE, Direktur Bina Ketahanan Remaja, Kemendukbangga/BKKBN, menyampaikan bahwa Kelas Orang Tua Bersahaja merupakan bagian dari strategi Kemendukbangga/BKKBN untuk memperkuat peran keluarga dalam membentuk karakter remaja yang sehat dan berdaya saing.

"Program ini membantu orang tua memahami perkembangan remaja dan tantangan psikososialnya, agar bisa membangun komunikasi dan relasi yang kuat di era digital ini," jelasnya.

BACA JUGA:  FK Unud Beri Pembekalan Keterampilan Klinik Emergensi PPDS

 

 

Scroll to Top