DENPASAR-fajarbali.com | Menteri Kebudayaan Republik Indonesia, Fadli Zon, memimpin jalannya Ministerial Summit CHANDI 2025, sebuah forum penting yang mengusung tema “Culture Beyond 2030: Safeguarding Heritage, Building Peace, and Advancing Cultural and Creative Industries in a Digital Future.” Bertempat di Ballroom Bali Beach Convention Centre, pertemuan ini menjadi wadah bagi para pemimpin kebudayaan dari berbagai negara untuk membahas peran krusial budaya dalam menghadapi tantangan global pasca-2030.
Forum ini digagas sebagai tindak lanjut dari MONDIACULT 2022, yang menyerukan agar budaya diakui sebagai tujuan mandiri dalam agenda pembangunan global. Dengan semangat kolektif, para delegasi berupaya merumuskan langkah konkret yang akan tertuang dalam Bali Cultural Initiative Declaration 2025.
Dalam pidato pembukaannya, Menteri Fadli Zon menegaskan bahwa budaya harus ditempatkan di garis depan. "Budaya adalah alat yang ampuh untuk mengubah perbedaan menjadi kohesi sosial, menjadi mekanisme adaptif dalam menghadapi ancaman iklim, dan sebagai kompas dalam menggunakan teknologi secara bijak," ujarnya.
Ia menekankan bahwa CHANDI 2025 adalah kesempatan emas untuk membahas isu-isu vital kebudayaan secara kolektif, memperkuat kerja sama, dan memastikan transformasi digital selaras dengan inovasi yang bertanggung jawab. Pernyataan ini disambut baik oleh para delegasi, yang melihat urgensi kolaborasi dalam menghadapi tantangan budaya global saat ini.
Ada empat isu utama yang menjadi fokus pembahasan dalam forum ini. Pertama, dampak ancaman iklim dan pelestarian warisan budaya, mengingat satu dari enam warisan budaya dunia saat ini berada di bawah ancaman serius. Kedua, transformasi digital dan pemanfaatan kecerdasan buatan yang bertanggung jawab, yang mencakup isu etika, transparansi, dan risiko tergerusnya keberagaman budaya.
"Isu ini relevan karena pandemi COVID-19 telah menunjukkan kerentanan institusi budaya, sementara percepatan teknologi juga menyoroti kesenjangan digital yang masih ada," ucap Menteri Fadli Zon.
Isu ketiga adalah peran budaya sebagai mesin penggerak ekonomi melalui Cultural and Creative Industries (CCIs) dan generasi muda. Sektor ini bernilai sekitar $4,3 triliun, menyediakan lebih dari 30 juta lapangan kerja, dan menjadi motor bagi UMKM serta kreativitas generasi muda. Para delegasi menyadari bahwa pengembangan sektor ini tidak hanya membutuhkan infrastruktur, tetapi juga peningkatan kualitas sumber daya manusia melalui pengembangan kapasitas. Terakhir, isu perlindungan budaya dalam situasi konflik menjadi perhatian serius.
Menteri Dalam Negeri dan Warisan Budaya Zimbabwe, Kazembe Raymond Kazembe, menegaskan bahwa budaya adalah sumber kohesi sosial dan ketangguhan, dan penting untuk memetakan kondisi krisis serta konflik bersama-sama. Sementara itu, Menteri Kebudayaan Palestina, Imadeddin A.S. Hamdan Fawzyah, berbagi pengalaman pahit tentang dampak perang yang menghancurkan sejarah dan identitas nasional, menekankan pentingnya program pelestarian budaya meskipun berada dalam kondisi sulit.
Dalam sesi diskusi, para delegasi dari berbagai negara, termasuk Zimbabwe, Palestina, Syria, Singapura, dan banyak lainnya, menyampaikan apresiasi atas inisiatif Indonesia. Mereka sepakat bahwa budaya adalah jembatan diplomasi antarbangsa, serta jalan utama untuk membangun dunia yang lebih adil dan manusiawi.
Menteri Kebudayaan Syria, Mohammed Yassin Saleh, berharap CHANDI 2025 dapat memperkuat pemahaman bersama mengenai peran budaya sebagai kompas perdamaian, penggerak pembangunan, dan modal kemanusiaan dalam menghadapi masa depan.
Agenda dilanjutkan dengan pernyataan dari delegasi lain, termasuk Duta Besar Tunisia untuk Indonesia, Mohamed Trabelsi, yang menyoroti konflik di Palestina dan menegaskan pentingnya melindungi unsur utama peradaban Palestina. Seluruh delegasi berfokus pada upaya kolektif untuk memperkuat hubungan diplomasi berlandaskan kerja sama dan pemahaman bersama, dengan budaya sebagai instrumen utamanya. Pertemuan ini menunjukkan komitmen global untuk menjadikan budaya sebagai fondasi perdamaian.
Sebagai penutup, Menteri Kebudayaan Fadli Zon menegaskan lima komitmen kunci yang dihasilkan dari forum tersebut. Komitmen ini mencakup integrasi budaya dalam pembangunan berkelanjutan, pemajuan diplomasi budaya untuk perdamaian, pemanfaatan transformasi digital dan kecerdasan buatan yang bertanggung jawab, pemberdayaan generasi muda serta industri kreatif, dan penguatan upaya pelestarian warisan budaya, repatriasi, dan pemberantasan perdagangan ilegal. Komitmen ini menjadi landasan kuat bagi implementasi agenda budaya global pasca-2030. (M-001)










