DENPASAR-fajarbali.com | Sejumlah akademisi dari berbagai perguruan tinggi di Bali, di antaranya, Universitas Ngurah Rai (UNR), Universitas Udayana (Unud), Universitas Mahasaraswati (Unmas), Universitas Pendidikan Ganesha (Undiksha), UHN I Gusti Bagus Sugriwa, Universitas Bali Internasional (UNBI) dan STISIP Margarana, sepakat membentuk Forum Kajian Gender.Â
Hal itu terungkap saat Foccus Grup Doscus Discussion (FGD) Integrasi Kesetaraan dan Keadilan Gender dalam Kurikulum dan Mata Kuliah" yang diinisiasi Fakultas Ilmu Sosial dan Humaniora (FISHUM) UNR yang sekaligus menjadi tuan rumah pertemuan pertama hingga ketiga tersebut.Â
Sebab itu pula, Sri Sulandari, S.Sos. MAP., yang menjabat Ketua Program Studi Admistrasi Publik FISHUM UNR sebagai Ketua Forum Kajian Gender. Wadah baru ini mendapatkan dukungan penuh dari Institut KAPAL Perempuan dan LSM Bali Sruti.Â
Sri Sulandari menjelaskan, para akademisi lintas perguruan tinggi yang bergabung dalam forum ini merupakan pimpinan prodi/pengampu mata kuliah yang terkait gender. Selain itu ada para profesional di bidangnya.Â
"FGD hari ini merupakan pertemuan ketiga yang agendanya menjelaskan tentang gender dalam kurikulum kami dan memilih struktur kepengurusan," jelas Sri Sulandari.Â
Terkait program kerja, Sri Sulandari menjelaskan sesuai dengan komitmen awal anggota forum, yakni membedah isu-isu terkait kesetaraan gender dalam segala aspek.Â
Sebab menurut dia, belum semua pihak mengetahui secara gamblang apa itu gender, termasuk kalangan mahasiswa. Sehingga materi ini perlu disosialisasikan lebih masif lagi le tengah masyarakat.
"Kalau istilah gender mungkin sudah familiar. Tapi begitu mengupas artinya banyak yang keliru. Ini pengakuan dari dosen saat mengintegrasikan dalam mata kuliah, banyak mahasiswa yang belum paham," katanya.Â
Terlebih Bali yang menganut sistem patriarki atau garis purusa. Purusa kerap diartikan sebagai jenis kelamin (lelaki). Sedangkan pradana diartikan mentah sebagai perempuan.
Padahal purusa dan pradana adalah fungsi. "Bisa saja perempuan (pradana) berfungsi sebagai purusa. Atau sebaliknya. Hal-hal semacam ini perlu diluruskan," imbuh Sri Sulandari.
Khusus di kalangan FISHUM UNR, pihaknya telah melakukan pembaharuan kurikulum. Yang mana gender menjadi ciri khas atau keunggulan Prodi Administrasi Publik FISHUM UNR.
"Smester ini ada perubahan kurikulum. Ada dua mata kuliah terkait gender yang kami masukkan. Pertama, pembangunan persepektif gender dan inklusif. Kedua, gender dalam administrasi publik. Visi kami pembangunan inklusif yang ada gender di dalamnya," ungkapnya.Â
Gender dalam kurikulum perkuliahan itu pun telah dipresentasikan secara rinci mulai dari awal hingga tahap ujian akhir semester di depan forum. Pihaknya juga memberikan kesempatan bagi seluruh anggota untuk memberi kritik, saran dan masukan.Â
Forum Kajian Gender, lanjt Sri Sulandari, juga membuka pintu bagi kalangan di luar akademisi. Sehingga Forum Kajian Gender ini menjadi wadah bersama antara akademisi, praktisi serta pihak yang peduli dengan isu-isu gender dari segala perspektif.Â
Hadir dalam FGD tersebut, Wakil Rektor III UNR Dr. Gede Wirata, S.Sos., SH., MAP., Dekan FISHUM UNR Dr. Drs. I Wayan Astawa, SH., MAP., dan jajaran, Ketua LSM Bali Sruti Dr. Ir. Luh Riniti Rahayu, M.Si., Dewan Eksekutif KAPAL Perempuan Misiyah, serta perwakilan dari masing-masing perguruan tinggi.