4 Juli 2025 Desa Adat Angentelu Kembali “Bergetar”, Ada Apa?

IMG-20250616-WA0008
JAJARAN Panitia Karya Ngaben Massal Pasemetonan Sira Arya Gajah Para Bretara Sira Arya Getas Kecamatan Manggis, Karangasem. 

Loading

AMLAPURA-fajarbali.com | Pasemetonan Sira Arya Gajah Para Bretara Sira Arya Getas (AGPAG) Kecamatan Manggis, Kabupaten Karangasem, akan menggelar upacara Pitra Yadnya atau ngaben, Jumat 4 Juli 2025 yang dipusatkan di Desa Adat Angantelu, Ds Antiga, Kecamatan Manggis, Kabupaten Karangasem.

Program pasemetonan AGPAG telah dirancang setahun sebelumnya, guna mempersatukan dan mempererat pasemetonan melalui spirit "Bhakti Satya Wirang".

Tradisi ngaben massal yang dilaksanakan oleh pasemetonan dadia-dadia seolah menjadi tradisi tahunan di Desa Adat Angantelu. Desa yang berbatasan dengan Kabupaten Klungkung bagian timur ini dikenal paling banyak memiliki pura dadia dari berbagai klan di Bali. 

Sehingga setiap tahun tidak hanya satu pasemetonan dadia yang menggelar ngaben massal. Misalnya Agustus 2024 lalu, sekitar 5 pasemetonan melaksanakan ngaben massal.

Yang paling menyita perhatian publik adalah Pasemetonan Arya Tangkas Kori Agung-Kuta Waringin dengan bade mas tertinggi dan petulangan singa jumbo. 

Tahun 2025 ini, ngaben massal AGPAG di lokasi yang sama diprediksi bakal menarik perhatian publik. Terutama di bagian bade yang menggunakan sembilan tumpang. 

Ketua Pasemetonan AGPAG Kecamatan Manggis, I Wayan Mara, menerangkan, tujuan ngaben ini esensinya terletak pada bakti kepada leluhur. Bukan untuk "ma-ajum-ajuman" apalagi sakadar mengejar viral di media sosial.

Wayan Mara mengungkapkan, upacara ngaben diikuti 6 dadia AGPAG se-Desa Antiga-Gegelang dengan total sawa (mayat) 163. Sementara untuk upacara atma wedana (ngeroras) diikuti 174 orang.

Tingkatan upacara, lanjut Wayan Mara, sesuai hasil paruman akan diambil tingkatan utama atau sawa preteka. Tak hanya ngaben, setangkaian upacara tersebut juga dilanjutkan dengan upacara atma wedana, metatah, mapetik hingga ngelinggihang Dewa Hyang.

"Melalui upacara yang lengkap ini kita sepakat untuk dikenai punia sebesar 8 juta per sawa untuk ngaben, dan 5 juta bagi yang ikut atma wedana dengan estimasi biaya sekitar 1,3 miliar," terang Mara yang juga seorang advokat, belum lama ini. 

BACA JUGA:  PSN Denpasar Gelar Seminar Fenomena Kerauhan ‘Jaman Now’

Tujuan yang lebih luas lagi dari ngaben massal ini, masih kata Wayan Mara, pertama, untuk mempersatukan dan mempererat pasemetonan, kedua, untuk meringankan beban krama dna efisiensi waktu, tenaga maupun biaya, serta persiapan upakara juga dapat dibantu secara gotong royong diselesaikan bersama.

Lebih jauh disampaikan, bade yang digunakan pada puncak acara ngaben yaitu Bade Tumpang Sembilan dengan pamereman Singa. Semua sarana ini digarap semeton AGPAG.

Sampai saat ini, persiapan dari segi fisik bangunan, prasarana, banten maupun persiapan lainnya hampir semua rampung sekitar 90 persen, tinggal eksekusi pelaksanaan dan ada beberapa yang meski diselesaikan.

"Astungkara sudah berjalan selama enam bulan persiapan kami sejak bulan Januari krama tetap kompak, bahu-membahu secara sadar dan iklas hadir untuk ngayah baik yang ada di desa maupun krama yang ada di rantauan tetap meluangkan waktu," harapnya didampingi panglingsir dadia, seraya berpesan agar semangat ini bisa dijaga hingga puncak acara.

Wayan Mara juga berharap pelaksanaan upacara ini akan dilaksanakan secara berkelanjutan. Bagaimana pelaksanaan nanti akan dijadikan acuan ke depan dan evaluasi-evaluasi guna semakin efisein dari segi biaya, waktu maupun tetap guyub dengan pasemetonan.

Scroll to Top