BULELENG-fajarbali.com | Upaya yang dilakukan pemerintah Kabupaten Buleleng dalam menyelesaikan permasalahan terkait ratusan siswa SMP yang tidak bisa membaca dan menulis dimana akan diberlakukan pembelajaran tambahan.
Hal tersebut diungkapkan Wakil Bupati Buleleng Gede Supriatna saat melakukan koordinasi dengan dinas Pendidikan Kabupaten Buleleng beberapa hari kemarin. Menurut Supriatna, dalam mengatasi para siswa yang tidak bisa membaca dan menulis dirinya menyarankan kepada dinas terkait agar memberikan pembelajaran tambahan untuk para siswa SMP yang belum paham atau bisa membaca dan menulis.”Nanti kita akan berlakukan pembelajaran tambahan untuk para siswa yang bersangkutan,”ucapnya.
Bukan hanya memberikan jam tambahan belajar untuk para siswa melainkan Supriatna mengakui akan membentuk tim relawan yang bersumber dari para mahasiswa yang ada di perguruan tinggi di Kabupaten Buleleng untuk bisa memberikan pembelajaran tambahan.”Kita juga nantinya akan membentuk tim relewan yang bisa memberikan pembelajaran tambahan untuk para siswa yang belum bisa membaca dan menulis,”tambahnya.
Selain itu mantan Ketua DPRD Buleleng dua priode itu juga meminta kepada seluruh orang tua siswa agar ikut serta mengawasi para anak-anak mereka dirumah untuk bisa lebih focus belajar sehingga hal serupa tidak terjadi Kembali ditahun mendatang.”Kami juga sangat berharap kepada para orang tua dirumah agar ikut juga mengawasi anak-anak mereka ya sedikitnya agar belajar juga dirumah dengan pengawasan orang tua masing-masing. Kalau sudah seperti itu tentunya hal serupa tidak akan terjadi lagi,”pintanya.
Dari data yang berhasil dihimpun dimana total siswa SMP di Kabupaten Buleleng yakni 34.062 orang sebanyak 155 siswa masuk dalam katagori Tidak Bisa Membaca (TBM) dan 208 siswa masuk katagori Tidak Lancar Membaca (TLM) sehingga total menjadi 363 siswa dengan persentase jumlah siswa kemampuan membaca rendah 0,011 persen.
Dalam analisis Dinas Pendidikan terdapat beberapa penyebab siswa tidak bisa/lancar membaca antara lain kurangnya motivasi, pembelajaran tidak tuntas, disleksia, disabilitas, dan kurangnya dukungan keluarga. Adapun faktor eksternal lainnya yakni efek jangka panjang pembelajaran jarak jauh (PJJ), kesenjangan literasi dari jenjang SD, pemahaman keliru tentang kurikulum merdeka, kekhawatiran tenaga pendidik terhadap ancaman hukum dan stigma sosial, tekanan sosial dan politik terhadap guru, serta dampak lingkungan dan keluarga yang menyebabkan psikologis siswa terganggu. @gus