Tukad Unda Banjir Lumpur, Petani Batal Tanam Padi

Banjir lumpur erupsi Gunung Agung mengancam ribuan hektar lahan pertanian di Kabupaten Klungkung. Penyebabnya, air irigasi yang bersumber dari Sungai Unda bercampur lumpur dan mengandung belerang. Balai Wilayah Sungai Bali Penida pun, menutup seluruh saluran irigasi tersebut. Mengantisipasi kerusakan lahan pertanian yang lebih parah.

SEMARAPURA-fajarbali.com | Dampak banjir lumpur beraroma belerang yang terjadi sejak Minggu (27/11/2017) tersebut, melanda lahan pertanian di dua kecamatan di Kabupaten Klungkung. Yakni Kecamatan Dawan dan Kecamatan Klungkung yang melingkupi 12 subak dan1.180 hektar lahan. Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Klungkung, Ida Bagus Gde Juanida mengungkapkan, sebelum diterjang banjir lumpur, sebagin subak di Kecamatan Klungkung maupun Dawan sudah panen.

Hal ini bisa membuat petani bernafas lega, lantaran terhindar dari kerugian besar. Menurut Juanida, saat ini petani sedang bersiap untuk menanam bibit. Namun, karena saluran irigasi ditutup, penyemaian benih terpaksa ditunda.

Dinas Pertanian Klungkung pun segera akan berkoordinasi dengan pihak Balai Wilayah Sungai Bali Penida. Utamanya terkait kepastian waktu penutupan saluran irigasi. Juanida mengatkan, bila penutupan dilakukan untuk waktu yang lama, maka akan diupayakan untuk memberikan ganti rugi kepada petani. Utamanya untuk yang sudah menanam bibit. Rencana tersebut masih dibahas dan akan dikoordinasikan pula dengan PPL. “Jika waktu penutupan lama, kami juga masih memikirkan apakah memungkinkan memberikan ganti rugi kepada petani khususnya yang sudah melakukan pembibitan, ini kami masih koordinasikan dengan PPL,” ujarnya beberapa waktu lalu.

Agar lahan pertanian tak ‘menganggur’, saat ini Dinas Pertanian sedang gencar melakukan sosialisasi, agar petani menanam komoditi selain padi, seperti jagung atau kedelai. Intinya tanaman yang dapat tumbuh hanya dengan air hujan saja. Hal ini menjadi alteratif utama, sebab sampai saat ini banjir lumpur masih terjadi. Sehingg sangat berbahaya bila saluran irigasi dibuka. Juanida khawatir, bila lahan pertanian terkena lumpur, maka tanaman akan mati. Demikian juga dengan tingkat kesuburan tanah akan berkurang.

“Jika tanaman sampai terkena lahar dingin, tanaman bisa mati. Kesuburan tanah juga bisa berkurang. Karena lahar dingin itu diperkirakan mengandung zat belerang dan cepat padat. Nanti petani sulit untuk menggarap lahannya,” imbuh Juanida.

Seorang petani di Subak Toya Ehe, Anak Agung Gde Ngurah menyampaikan, sebenarnya dua minggu lagi ia akan menyemai bibit padi. Namun, karena saluran irigasi ditutup rencana itupun dibatalkan. Hal itu juga untuk menghindari kerugian yang lebih besar. Bibir yang sudah mulai tumbuh pun, terpaksa didiamkan saja.

Sementara berdasarkan pantuan di lapangan, subak yang terdampak banjir lumpur meliputi Di Kecamatan Dawan terdapat 7 subak. Diantaranya Subak Dawan, Subak Sampalan Baler Margi, Subak Sampalan Delod Margi, Subak Telaga, Subak Pesinggahan, Subak Kusamba dan Subak Gunaksa. Sedangkan di Kecamatan Klungkung, ada 5 subak yang terdampak. Meliputk Subak Lemek di Semarapura Kelod, Subak Toya Cawu, Subak Toya Ehe di Desa Gelgel, Subak Pegatepan dan Subak Kacang Dawa, Desa Kamasan.

Menyikapi permasalahan ini, Bupati Klungkung, I Nyoman Suwirta mengatakan akan melakukan kajian terlebih duhulu. Khusunya untuk rencana pemberian ganti rugi terhadap petani yang telah menanam bibit. Untuk mengantisipasi kerugian yang lebih besar, Bupati Suwirta menyarankan petani mengisi lahannya dengan komuditi nonpadi. “Kalau untuk jangka waktu panjang baru kita siapkan solusi berikutnya. Kita akan mengambil contoh di wilayah Gunung Kidul yang menggunakan sumur bor untuk pengairan,” ujar Bupati Suwirta. (dia)